Archive for November, 2007

Miss Chubby Jadi Miss Natal

Dia bete banget tiap pagi dikatain “miss chubby nggak laku-laku”. Ingin sekali dia tempelang setiap anak yang berani ngatain githu. Kalau diitung udah sekitar tiga puluh sembilanan anak ngatain githu, ‘coz jumlah siswa sekelasnya empat puluh termasuk dia. Sebenarnya dia nggak jelek dengan perawakannya yang chubby, justru terkesan ngegemesin malah. Apa lagi ditambah mukanya yang imoet. Hmm kayak Nadia Vega! or Gwen dalam film 30 hari mencari cinta, dijamin! Semua yang ngelihat pada pingin nyubit kenceng-kenceng nih cewek. However, these is an executive class! Yep! Ini adalah kelas eksekutif. (hehehe mirip kelas-kelas kereta api yach?)

Kurang lebih githu emang, di sini adanya cewek-cewek jangkung ‘en kece. Mirip modeling school pokoknya! Finally, Dena atau si chubby-pun cuman bisa gigit jari ngelihat teman-teman ceweknya jadi huntingan cowok. Nggak satupun cowok nyantol ke hatinya. Deu, kacian deh!

Menyambut perayaan Natal tahun ini, rencananya OSIS SMA Yohanes mengadakan lomba pemilihan Miss Natal 2007. Cewek sekelas ribut nyiapin formulir dan persyaratan lomba. Dena??? Yah, cuman bengong meratapi nasibnya. “Kamu kenapa Den? Diem gitu kaya Monas!” sentak Neke membangunkan lamunan Dena. “Eh.. emm…eh” gagap Dena. “Heh!, napa lo? Kaya kesurupan jelangkung ajah!” bentak Neke menyikut lengan Dena yang kokoh menopang dagunya. “Ng..ng…ng nggak papa,” balas Dena lemas. Neke nggak merespon lebih, dia cuma membulatkan bibir sambil manggut-manggut, kedua tangannya memegangi selembar kertas. Dena melirik ke arah kertas itu, sesekali lirikannya ketangkep sama mata Neke, Dena kikuk. “Kamu nggak ngambil formulir Den?” tanya Neke tanpa tahu perasaan Dena sedari tadi lagi mikirin hal itu. “Hm,,mmm nggak ah, Aku kan kecil, chubby!, mana bisa!” katanya nyaris tak kedengaran suaranya. Neke lalu menatap ke arahnya, mata Neke memancarkan sinar persahabatan yang tulus. Neke menarik nafas sedalam dadanya. “Jangan githu Den, itu kan karunia Tuhan. Harus Kita syukuri” kata Neke dengan mimik seriusnya. “Mending Kamu ikutan lomba aja deh. Lagian, nggak ada syarat minimal tinggi badan inih” lanjut Neke setelah lima detik bisu. Dena tak merespon, dagunya nyaman bersandar di meja. Sebentar, bel masuk mengantarkan pelajaran Kimia ke kelas mereka.

Paling nggak sampai seminggu ke depan Dena “aman” dari celaan teman-temannya. Mereka jelas lebih sibuk ngobrolin pemilihan Miss Natal ketimbang ngomongin Miss chubby nggak laku-laku. Tapi buat Dena ini malah lebih menyakitkan, ternyata. Betapa tidak! Setiap hari sekarang yang diomongin melulu soal mode. Perang-perangan diantara mereka sulit sekali dihentikan. Apa lagi hampir semua cewek SMA Yohanes sudah mencicipi dunia model. Nggak sedikit juga yang sudah wira-wiri nampang di majalah, yep! Profesi seperti covergirl, model video klip, or ikut fashion show emang sudah nggak asing buat mereka. Dena cuman bisa melongo ngebayangin teman-temannya melenggang di stage. Bah! Syirik! Celanya pada diri sendiri. Dena melongok ke jendela kamar. Dingin sesekali permisi di leher belakangnya. Matanya menangkap gelap yang bermain-main di sela dedaunan. Derum mobil sepersekian menit terdengar lewat di jalan depan rumahnya. Natal Sebentar lagi, aku harus berbuat baik biar Santa Claus memberi hadiah Natal yang aku ingini. Dia bertekad nggak akan bete lagi dengan ejekan teman-temannya di kelas. Malam Natal nanti pasti Santa memberiku kado Natal yang indah. Hm, dongeng klasik buat anak teka! Desisnya.

Pagi bersinar cerah. Segumpalan awan putih berarak ke satu arah menyibak langit. Lalu biru terang memancarkan kilau pagi. Tidak ada kicau burung di sini, yang ada knalpot mobil membentuk bising. Bulan memucat seperti perak tergeletak di karpet biru. Matahari mulai meninggi. Sebentar lagi pasti langit perlahan semakin menghitam akibat asap mobil dan pabrik.

Dena melangkahkan kakinya mantap, memasuki pintu gerbang sekolah. Sebentar lagi, pasti telinganya berjubel obrolan Miss Natal. Tapi dia sudah berjanji semalam, dia nggak akan iri lagi. Brak! Badannya hampir roboh akibat tabrakan dengan seorang cowok gemuk adik kelasnya. Matanya seperti kelereng, seperti akan copot: “Heh! Jalan liat-liat donk!” bentak cowok berkulit item pekat, rambut keriting kecil-kecil itu. “Sialan! Berani benar adik kelas bentak gue! Dasar Aborigin!” gerutu Dena tapi belum sempat dia luncurkan kata-kata itu hatinya seperti berbisik “Sabar!”. “So…sory, nggak sengaja,” katanya kemudian. Mata si Gendut meredup mendengar ucapan maaf Dena. “Ya udah, lain kali ati-ati!” pesannya, sok menggurui. Dena melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Hm, cowok itu… desahnya mengingat si Gendut yang nggak sengaja bertabrakan dengannya tadi. “Aku kalah sama dia. Ya, aku kalah ternyata!” sesalnya, tangan kanannya condong menopang pipi. “Dia aja yang item, gendut, rambutnya keriting, wajah serem seperti gerandong, tapi dia nggak pernah mengeluh seperti aku? Ah, apa iya begitu? Mungkin saja sekarang di juga sedang memendam rasa minder yang sama kaya aku?” tanyanya dalam hati.

Duer! sekali lagi Neke-lah yang menganggunya bermain di alam mimpi. “Napa lo? Pagi-pagi dah ngelamun? Sakunya kurang ya?” sapa Neke mengajak bergurau. “Ah, nggak papa,” jawab Dena singkat. Matanya masih melihat mata cowok gendut tadi, ya! Mata kodok! Tawanya nyaris pecah. Tapi dia nggak mengeluh sepertiku. Bah! Dasar kurang bersyukur! Desis Dena.

Sepuluh menit berikut bel menjerit, Bu Vega sebagai guru beka (bimbingan dan konseling) masuk kelas tepat waktu. Semua siswa menekan riuhnya sedari tadi. “Anak-anak, seperti yang sudah kalian ketahui tentunya, seminggu lagi sekolah kita mengadakan pemilihan Miss Natal. Nah, kepala sekolah merevisi pengaturan peserta lomba. Kemarin, peserta lomba adalah siapa-siapa saja yang mau, tapi sekarang semua siswa sini wajib ikut.” jelas Bu Vega. Seluruh anak riuh mendengar pengumuman barusan. Ada yang setuju banyak pula yang kontra. Dena hanya manggut-manggut, tak sedikitpun histeris. “Bu,” panggil Berla sedikit keras sambil mengangkat telunjuk, suaranya berebut dengan suara rusuh anak yang lain. Psssttttttt… desis Bu Vega. Sontak semua anak diam. “Wah, apa nanti nggak kebanjiran peserta Bu?” lanjut Berla bertanya. “Tenang saja, itu sudah dipikirkan. Nanti akan ada seleksi akademik dulu sebelum masuk pada seleksi panggung. Semua hanya merespon dengan vokal “O” saja.

Mereka saling berbondong mengambil formulir, bahkan ada yang sudah mengembalikan. Dena melangkah gontai seperti sama sekali nggak punya gairah hidup. Neke selalu memberi spirit pada teman sebangkunya itu. “Percaya deh! lo bisa bersaing, kan bukan penilaian fisik aja. Ada yang lebih penting dari itu: Innerbeauty!” Telunjuk Neke ditegak-tegakkan persis di depan wajah Dena. Dena melongo. “Percaya deh, lo bisa ngalahin Nunik, Uky, bahkan Berla sekalipun,” tambah Neke menepuk bahu Dena yang seperti tak bertulang lagi.

***

Hari berganti, seleksi akademik untuk mecari kontestan mana yang layak menuju persaingan berikut telah berlalu. Dan… yep! Dena termasuk dalam sepuluh besar. Ini berarti dia tinggal nunggu moment besok, di mana semua kontestan yang lolos akan dipertemukan di satu stage. Mereka akan adu pengalaman, wawasan dan pengetahuan, siapa yang cepat dan tepat pasti bakal kepilih jadi Miss Natal tahun ini.

“Ayo Den, semangat!!! Langkahmu tinggal sedikit lagi! Aku yakin lo bisa ngalahin Mereka semua. Prestasimu kan…” Kalimat Neke nggak dilanjutkan. Dena hanya tercenung masih nggak percaya besok dia naik stage memperebutkan gelar terhormat seantero SMA Yohanes. Kemudian dia membayangkan seorang Nadine, Putri Indonesia 2006, sedang berargumentasi di depan juri. Hm, seru juga! Desisnya. Matanya mengerjap memohon doa dan ampunan atas ketakbersukurannya selama ini.

***

Pagi yang ditunggu tiba. Dena, Uky, Nunik,…. Berla dan Dena sudah siap di stage. Audience meneriakkan idolanya masing-masing, riuh! Di antara kontestan itu, memang Denalah yang terkecil, terimut dan terpandai prestasinya. Wajah Dena sumringah namun tetap teduh, tak sedikitpun kecemasan tergambar di sana. Mungkin dia memang sudah sangat siap bersaing dan bertekad menyandang gelar Miss Natal 2007.

Tim penilai mengajukan sejumlah pertanyaan, satu persatu kontestan menjawabnya. Rusuh Audience menggema ketika mendengar jawaban Dena yang… yah, bisa dibilang seperti pidatonya Bung Karno. Tegas! Dan pasti! Tanpa belibet-belibet di bibir. Semua Audience kini meneriakan nama Dena. Berbagai pertanyaan dia babad habis. Sangat mengagumkan! Sampai akhirnya: “Soal telah habis, kita tunggu tim juri menentukan siapa yang berhak menyandang Miss Natal 2007 di SMA Yohanes” suara host membisukan Audience beberapa detik. Sebentar, mereka kembali riuh membincangkan siapa-siapa yang mungkin terpilih. Ada tiga nama yang paling sering mereka sebut-sebut: Uky, Berla, dan Dena.

“Dena! Dena! Dena!” teriak Audience mengebaki auditorium. “Tenang! Tenang! Tenang semuanya!” seru host menenangkan. “Selanjutnya, Saya serahkan pada dewan juri untuk membacakan hasil” lanjutnya.

Perlahan, pemenang ketiga dan kedua dibacakan juri. Dena belum kesebut. Sontak saja penonton langsung meneriakan “Dena!” berulang kali. “…Dan Miss Natal SMA Yohanes 2007 adalah…” lima detik ruangan bisu. “… Dena Margaretta!” lanjut juri meneriakan nama Dena. Suaranya hampir menjebolkan tembok auditorium. “Dena! Dena! Dena!” sorak penonton gembira menyambut Miss Natal 2007. Dena melambaikan tangan dan memberikan senyuman terindahnya. Wajah riangnya semakin menggemaskan meski perawakannya yang chubby kerap jadi nilai minus bagi cowok yang mau mendekati. Kini, Dena harus bersiap-siap melayani antrian cowok SMA Yohanes. “Inilah kado Natal Sinterklas….” batin Dena masih melambaikan tangan dan senyuman.

Marry christmas….”

Semarang, 2007

Untuk: E. Tunjung Christ N “Semangat!!!”

inginku berpuisi sekali ini saja

Hantu Itu Bernama Selokan

 

Kasihan. Hanya rasa kasihan.

Mengamati Semarang diserbu air

Ini Nopember Bung! Jangan berani

Salahkan bila hari-harinya hujan

 

Magrib. Mengkomando burung-burung

Dan bermacam makhluk siang menutup pintu rumah

Gelap. Memaksa mereka berjubel membeli listrik,

Minyak tanah dan lilin. Mereka berlindung dari takut

Takut apa saja. Termasuk takut tak kaya.

Oh bukan, seorang tiba-tiba menyergahku.

Mereka takut tak makan dan memenuhi kebutuhan.

Maksudmu kemakmuran? Balasku yakin sambil mengemas barang

Sebab air selokan telah tinggal sepuluh senti saja

Setelah itu pasti akan melahap habis kasur kumalku yang hanya

Menggeletak di lantai.

Bah! Semua orang ingin makmur. Semua orang ingin tak mati konyol

Apa lagi mati ketakutan diseret benda seremeh air!

Kata-kataku sangat menimbulkan kontemplasi bermacam di kepalanya

Lalu dia bertanya sendiri, apa maksudnya pemuda ini mengataiku demikian?

Kok aku jadi sedikit getir.

Maksudmu, gara-gara selokan depan Woderia? Tempat kerjaku, katanya lagi

Aku malas menimpali lagi

Hey jawab!, bentaknya

Sudalah, aku malas berbicara

Mulutku telah busuk terus menahan ludah yang getir

Ludah semua ketakuatan dan semua jerit Genuk Krajan

Kakiku telah sangat gemetar menahan air. Bukan dingin

Tapi pahit. Ya, kakiku saja sekarang sebagai indera perasa

Maka pergilah kau dan urus pekerjaan

Sebuah tanggunggjawab.

Menengok orang yang tertimpa musibah apa bukan tanggung jawab, katanya lantang

Bah! Taik kucing!

Kalau kau benar tanggungjawab, kerjakanlah tugasmu dengan baik

Juga para petinggi-petinggimu, pelayan-pelayanmu, pe-pe-mu semua!

Itu pasti sudah sangat cukup!

 

Lalu aku lebih senang diam dan berkesiap

Begitu mendung menyerang langit sehari-harinya.

Entah sampai kapan aku merdeka dari

Selokan yang terus menghantuiku

cerpen di Aneka Yess “…. Cinta Pada Tamparan Pertama”

pengen tau gak cerpenQ di Aneka Yess edisi 16/ bulan Agustus 2007?

judulnya “Cinta Pada Tamparan Pertama” he jayus yah… ceritanya tentang seorang Jomblowan yang berkomitmen selalu NgJOMBLO pas SMA. namanya Jojo, atao Jojo Jomblo, ato Triple Jo… nah! pas kelas tiga, Jo satu kelas sama Joba. hm, dia ini kebalikan dari Jojo. dia Playboy! wah gemana urusannya neh kalo gini?

hm, kalian udah pada baca kan di Aneka Yess! ? intinya di sini, cewek lebih suka diperhatiin meskipun hanya sebatas gombal… en cewek ga seneng banget dicuekin, ga dianggep, ga diperhatiin, ga diperlakuin.

tapi inget juga… setelah cowok ngelakuin “kejahatan” sama cewek apa lagi sampai buat cewek nangis,, hmmm sudah dijamin: rasa menyesal sangat kentara! kalau sudah begini? urusan mau putus bakal gagal lantaran si cewek nangis2 di depan cowoknya. yang benci jadi seketika luluh… yah! yah!! hanya dengan air mata!!!! fiuh..